BAB
8
DEPRESIASI DAN PENURUNAN NILAI
DEPRESIASI
Definisi
Depresiasi
adalah metode pengalokasian biaya aset tetap untuk menyusutan nilai aset secara
sistematis selama periode manfaat dari aset tersebut. Terdapat tiga hal yang
harus dipertimbangkan suatu entitas dalam pengalokasian nilai aset tetap
sebagai biaya depresiasi, yaitu :
1.
Nilai biaya aset yang didepresiasikan (dereciable
asset).
2.
Taksiran masa manfaat aset tetap.
3.
Metode depresiasi yang sesuai.
Alokasi
biaya dari aset yang didepresikan dalam biaya depresiasi harus diukur secara
sistematik dan rasional dengan mempertimbangkan nilai biaya aset yang
didepresikan (biaya perolehan aset dikurangi nilai residu) selama ekspektasi
periode manfaat aset, tanpa melihat apakah suatu aset dinilai dengan
menggunakan modal biaya (cost model)
atau model ravaluasi (revaluation model)
sebagai kebijakan akuntansinya.
Nilai
Biaya Aset Yang Didepresiasikan
Nilai biaya aset
yang didepresikan (depreciable asset)
merupakan nilai yang akan dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaat
dari aset. Nilai ini dihitung dengan mengurangkan biaya perolehan dari suatu
aset (nilai pada saat pengukuran awal) terhadap estimasi nilai residu atau
nilai sisa dari aset pada akhir periode masa manfaat aset tersebut. Nilai
residu atau nilai sisa merupakan estimasi nilai yang akan diperoleh entitas
ketika dilakukan penjualan aset atau penghentian aset dari penggunaannya ketika
akhir periode masa manfaat aset.
Taksiran
Masa Manfaat Aset Tetap
Masa manfaat
suatu aset merupakan jangka waktu di mana suatu aset diekspektasikan dapat digunakan
oleh suatu entitas. Dalam menentukan masa manfaat suatu aset antitas
mendasarkan pada kebijakan pengelolaan aset entitas yang didasarkan pada
pertimbangan akan dilakukannya penghentian penggunaan suatu aset setelah waktu
penggunaan tertentu atau pengonsumsian proporsi tertentu dari masa ekonomisnya.
Seperti
halnya estimasi nilai residu, estimasi masa manfaat juga mensyaratkan suatu
entitas untuk mereview masa manfaat
setiap aset tetap minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasilnya
review berbeda dengan estimasi
sebelumnya, maka perbedaan tersebut harus diperlakukan menurut PSAK 25 sebagai
perubahan estimasi, diterapkan secara prospektif.
Dalam
menentukan masa manfaat suatu aset, suatu entitas mempertimbangkan beberapa
faktor sebagai berikut :
1.
Ekspektasi penggunaan aset.
2.
Keusangan teknis dan komersial dari aset
tersebut karena perubahan teknologi atau pasar aset.
3.
Pembatasan legal atau penggunaan aset,
seperti tanggal kadaluwarsa penggunaan aset yang tertera dalam suatu kontrak.
Metode
Depresiasi
Metode
depresiasi menentukan cara dalam mengalokasikan penyusutan nilai aset secara
sistematis selama periode masa manfaat aset. Metode yang dipilih oleh suatu
entitas harus mencerminkan ekspektasi pola penggunaan aset.
Tiga
metode depresiasi yang umum digunakan oleh entitas adalah sebagai berikut :
1.
Metode garis lurus (akan menghasilakan
pembebanan yang konstan selama masa manfaat aset bila estimasi nilai residu
aset tidak berubah dan tidak terjadi penurunan nilai aset).
2.
Metode pembebanan menurun(akan
menghasilkan pembebanan yang semakin menurun selama masa manfaat aset).
3.
Metode unit produksi (akan menghasilkan
pembebanan yang didasarkan pada ekspektasi penggunaan aset atau output yang
dihasilkan).
Metode
Garis Lurus
Untuk menghitung
biaya depresiasi digunakan rumusan sebagai berikut :
Biaya Depresiasi = Perolehan aset Tetap-Nilai Residu : Masa Manfaat
Metode depresiasi
dengan menggunakan garis lurus memiliki beberapa kelemahan yaitu mengasumsikan
penggunaan ekonomis dan pembebanan biaya pemeliharaan dan perbaikan yang selalu
sama setiap tahunya dan adanya tingkat pengembalian aset yang semakin meningkat
seiring dengan periode penggunaan aset karena nilai buku aset yang semakin
menurun namun biaya depresiasi yang tepat. Tentunya asumsi tersebut sering kali
tidak sesuai dengan praktik penggunaan aset dan nilai ekonomisnya.
Metode
Pembebanan Menurun
Metode
pembebanan menurun memberikan pembebanan biaya depresiasi yang lebih tinggi
pada tahun-tahun awal dari umur aset dan pembebanan yang rendah pada
tahun-tahun akhir. Dua metode yang seringkali digunakan entitas dalam
pembebanan menurun adalah metode jumalah angka tahun(sum of the digits method) dan metode saldo menurun (declining balance method).
Metode jumlah angka tahun merupakan
metode depresiasi yang dihasilkan dari penghapusbukuan yang bersifat menurun di
mana biaya depresiasi tahunan ditentukan dengan mengalikan biaya depresiasi
dengan fraksi tahun sebagai tarif pembebanan depresiasi. Untuk menghitung biaya
depresiasi digunakan rumusan sebagai berikut :
Biaya Depresiasi = Fraksi Depresiasi x (Nilai
Perolehan Aset-Nilai Residu).
Metode Saldo Menurun
merupakan metode yang membebankan depresiasi dengan nilai yang lebih tinggi
pada awal periode dan secara gradual akan berkurang pada tahun-tahun
selanjutnya. Untuk menghitung biaya depresiasi digunakan rumusan sebagai
berikut :
Biaya depresiasi = Nilai Buku Awal
Tahun x Tarif Saldo Menurun
Metode
Unit produksi
Metode ini mengasumsikan
pembebanan depresiasi sebagai fungsi dari penggunaan atau produktivitas aset,
bukan dilihat dari waktu penggunaan aset. Berdasarkan metode ini umur dari aset
akan didepresiasikan berdasarkan jumlah output yang diproduksi (unit
produksinya) atau berdasarkan input yang digunakan (seperti jam kerja). Untuk
menghitung biaya depresiasi dengan metode unit pro
duksi digunakan rumusan sebagai be
rikut:
duksi digunakan rumusan sebagai be
Biaya Depresiasi
Depresiasi
Terpisah Untuk Komponen Yang Signifikan
Dalam pembebanan
depresiasi aktiva tetap, PSAK 16 menyatakan bahwa setiap bagian dari aset tetap
yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan
seluruh aset harus disusutkan secara terpisah.
Langkah-langkah
yang harus diambil suatu entesitas adalah :
1.
Mengidentifikasikan komponen aset yang
signifikan.
2.
Mengestimasikan masa manfaat dari
masing-masing kompnen.
3.
Mengestimasikan pola penggunaan
masing-masinh komponen dan penentuan metode depresiasinya.
4.
Menghitung biaya depresiasi masing-masing
komponen. Nilai depresiasi untuk aset tersebut adalah nilai total untuk biaya
depresiasi setiap komponen.
Penurunan
Nilai
Penurunan nilai
dari aset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat dari aset (carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan
(recoverable amount).
Indikasi
Penurunan Nilai
PSAK
48 (revisi 2009) penurunan nilai aset menyatakan bahwa pada setiap akhir
periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset
mengalami penurunan nilai, entitas harus memperhitungkan minimum hal-hal
berikut ini :
Informasi dari sumber-sumber eksternal, antara lain sebagai berikut :
1.
Selama periode tersebut, nilai pasar
aset telah turun secara signifikan lebih dari yang diharapkan sebagai akibat
dari berjalannya waktu atau pemakaian normal.
2.
Perubahan signifikan dalam hal
teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum tempat entitas beroperasi atau di
pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas, telah
terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat.
3.
Suku bunga pasar atau tingkat imbalan
pasar dari investasi telah meningkat selama periode tersebut, dan kenaikan
tersebut mungkin akan memengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam
menghitung nilai pakai aset dan menurunkan nilai terpulihkan aset secara
material.
4. Jumlah
tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
Informasi
dari sumber-sumber internal, antara
lain sebagai berikut :
1. Terdapat
bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset.
2. Telah
terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak
merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu aset digunakan atau
diharapkan akan digunakan.
3. Terdapat
bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset
lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan.
4. Untuk
suatu investasi dalam entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian bersama.
Entitas
juga harus melakukan hal berikut :
1. Menguji
penurunan nilai aset takberwujud dengan masa manfaat tidak terbatas atau aset
takberwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan, terlepas apakah
terdapat indikasi penurunan nilai, dengan membandingkan nilai tercatatnya
dengan jumlah terpulihkannya.
2. Menguji
penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis secara
tahunan.
Pengukuran
Penurunan Nilai
Adanya indikasi
penurunan nilai maka harus dilakukan pengujian atas penurunan nilai. Jumlah
terpulihkan merupakan jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar aset atau
unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya. Nilai wajar
dikurangi biaya penjualan adalah jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan
suatu aset atau unit penghasil kas dalam transaksi antara pihak-pihak yang
mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan aset.
Sedangkan nilai pakai adalah nilai kini dari taksiran arus kas yang diharapkan
akan diterima dari suatu aset atau unit penghasil kas.
Pengakuan
Rugi Penurunan Nilai
Rugi penurunan
nilai aset yang tidak direvaluasi diakui dalam laporan laba tugi komprehensif.
Namun demikian, kerugian penurunan nilai atas aset revaluasian diakui dalam
pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi
jumlah surplus revaluasi untuk aset yang sama. Setelah pengakuan penurunan
nilai, beban penyusutan(amortisasi) aset disesuaikan di masa depan untuk
mengalokasikan nilai tercatat aset revisian, setelah dikurangi nilai sisa (jika
ada), secara sistematis selama sisa masa manfaatnya.
Penurunan
Nilai Pada Unit Penghasil Kas
Unit Penghasilan
Kas (UPK) aset adalah kelompok terkecil dari aset yang termasuk aset tersebut
dan menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk dari aset
atau kelompok aset lain. Jika terdapat indikasi bahwa suatu aset turun
nilainya, jumlah terpulihkan aset individual, entitas menentukan nilai
terpulihkan dari UPK yang mana tercakup (set dari unit penghasil kas).
Goodwill
Goodwill yang
diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis harus sejak tanggal akuisisi,
dialokasikan pada setiap unit penghasil kas pihak pengakuisisi, atau kelompok
unit penghasil kas, yang diharapkan memberikan manfaat dari sinergi kombinasi.
Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk menurunkan jumlah tercatat dari aset
dengan tahapan sebagai berikut :
1.
Menurunkan jumlah tercatat dari goodwill
yang telah dialokasikan pada UPK.
2.
Mengalokasikan pada aset lainnya pada
UPK secara prorata dari jumlah tercatat pada masing-masing aset dalam UPK.
Aset
Korporat
Aset korporat
termasuk aset kelompok atau divisi seperti bangunan kantor pusat atau divisi
dari entitas, perlengkapan EDP, atau pusat penelitian. Jika sebagian dari
jumlah tercatat aset korporat, adalah sebagai berikut :
1.
Dapat dialokasikan dengan dasar yang
layak dan konsisten terhadap unit tersebut.
2.
Tidak dapat dialokasikan pada suatu
dasar yang layak dan konsisten ke unit.
Pemulihan
Rugi Penurunan Nilai
Dalam menilai
apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada
periode-periode sebelumnya untuk aset goodwill mungkintidak ada lagi atau
mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini
:
Informasi yang
bersumber dari luar, antara lain sebagai berikut :
1. Nilai
wajar aset meningkat secara signifikan selama periode tersebut.
2. Perubahan
signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah terjadi selama
periode tersebut.
3. Suku
bunga pasar dan tingkat pengembalian investasi pasar yang lain telah turun
selama periode itu.
Informasi
yang bersumber dari dalam, antara lain sebagai berikut :
1.
Perubahan signifikan dengan dampak
menguntungkan bagi entitas telah terjadi selama periode tersebut.
2.
Bukti tersedia dari pelaporan internal
yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih baik atau akan lebih baik
dari yang diharapkan.
BAB
9
ASET TAK BERWUJUD
DEFINISI
ASET TAKBERWUJUD
PSAK
19 (revisi 2010) mendefinisikan aset takberwujud sebagai aset nonmoneter yang
dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Berdasarkan definisi tersebut terdapat
beberapa karakteristik utama dari suatu aset takberwujud, yaitu sebagai berikut
:
1.
Dapat diidentifikasi (identifiability).
2.
Kendali (control).
3.
Tidak mempunyai wujud fisik.
Pengakuan
Awal Aset Takberwujud
Aset takberwujud
diakui sebagai aset jika :
1.
Memenuhi definisi aset takberwujud.
2.
Memenuhi kreteria pengakuan yaitu :
a. Kemungkinan
besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut.
b. Biaya
perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
Jika kriteria pengakuan
tidak dipenuhi, maka biaya yang dikeluarkan harus diakui sebagai beban.
Terdapat beberapa kemungkinan cara perolehan aset takberwujud, yaitu :
1. Perolehan
terpisah.
2. Akuisisi
sebagai bagian dari kombinasi bisnis.
3. Akuisisi
dengan hibah pemerintahan.
4. Pertukaran
aset.
5. Aset
takberwujud yang dihasilkan secara internal (goodwill dan aset takberwujud
lainnya).
Perolehan
Terpisah
Untuk aset tak
berwujud yang diperoleh secara terpisah maka pengukuran biaya perolehannya
terdiri atas :
1.
Harga pembelian, termasuk bea impor dan
pajak yang tidak dapat dikembalikan, dikurangi diskon dan rabat.
2.
Biaya yang secara langsung dapat diatribusikan
yang terjadi dalam menyiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan
sesuai tujuan penggunaannya.
Akuisisi
Sebagai Bagian Dari Kombinasi Bisnis
Biaya perolehan
aset takberwujud yang diakuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis (PSAK 22)
adalah nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Aset takberwujud yang timbul dari
kombinasi bisnis harus diakui terpisah dari goodwill. Aset yang takberwujud
yang timbul dari kombinasi bisnis harus diakui secara terpisah tetapi
dimasukkan sebagai goodwill.
Akuisisi
Dengan Hibah Pemerintah
Aset takberwujud
juga dapat diperoleh melalui hibah pemerintah. Entitas yang memperoleh aset
takberwujud dengan hibah pemerintah mempunyai pilihan untuk pengakuan aset
takberwujud tersebut, yaitu :
1.
Mengakui sebesar nilai wajar.
2.
Mengakui aset takberwujud dan hibah
dengan nilai nominal ditambah dengan segala pengeluaran yang berhubungan secara
langsung.
Pertukaran
Aset
Pertukaran
adalah diukur pada nilai wajar, kecuali :
1.
Transaksi pertukaran tersebut kurang
memiliki substansi komersial.
2.
Nilai wajar aset baik yang diterima
maupan yang dilepaskan tidak dapat diukur dengan andal.
Aset
Takberwujud Yang Dihasilkan Secara Internal
Goodwill hanya
boleh diakui sebagai akibat dari kombinasi bisnis. Goodwill yang timbul secara internal
tidak diakui sebagai aset takberwujud karena tidak memenuhi kriteria pengakuan
sebagai berikut :
1.
Dasar pengukuran biaya perolehan yang
andal.
2.
Identifikasi terpisah dari sumber daya
yang lain.
3.
Kendali oleh perusahaan.
Pengukuran
Setelah Perolehan
Setelah
pengakuan awal entitas harus memilih salah satu dari 2 dasar pengukuran aset
tak berwujud yaitu :
1. Model biaya perolehan.
Jika
entitas memilih menggunakan model biaya maka setelah pengukuran awal aset tak
berwujud dinilai berdasarkan biaya perolehannya dikurangi dengan akumulasi
amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.
2. Model Revaluasi.
Apabila model
revaluasi dipilih oleh entitas, maka nilai aset setelah pengukuran awal dinilai
berdasarkan nilai wajar dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi
penurunan nilai.
Amortisasi
Setelah
pengakuan awal, maka entitas harus menentukan masa manfaat aset takberwujud.
Masa manfaat aset takberwujud dibedakan menjadi masa manfaat terbatas dan tidak
terbatas.
Penghentian
Pengakuan
Suatu aset
takberwujud harus dihentikan dipengakuannya bila :
1.
Dalam (proses) pelepasan atau
2.
Ketika tidak terdapat lagi manfaat
ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya.
Keuntungan
atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset takberwujud dihitung
sebagai perbedaan antara nilai tercatat aset takberwujud dan nilai wajar dari
imbalan yang pelepasannya.
Penyajian
Aset Takberwujud Dan Akun Terkait
Dalam laporan
posisi keuangan (neraca), aset takberwujud termasuk dalam aset tak lancar.
Dalam laporan laba rugi komprehensif penyajian beban amortisasi dan kerugian
dari penurunan nilai sebagai bagian dari laba operasi berkelanjutan, kecuali
apabila kerugian dari penurunan nilai tersebut berhubungan dengan operasi tak
berkelanjutan (discontinued operations).
Pengungkapan
Aset Takberwujud Dan Akun Terkait
Suatu entitas
harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap kelas aset takberwujud lainnya
antara lain :
1.
Apakah masa manfaat tidak terbatas atau
terbatas, jika masa manfaat terbatas diungkapkan tingkat amortisasi yang
digunakan atau masa manfaatnya.
2.
Metode amortisasi yang digunakan aset
takberwujud dengan masa manfaat terbatas.
3.
Jumlah tercatat bruto dan akumulasi
penyusutan(secara agregat dengan akumulasi kerugian akibat penurunan nilai)
pada awal dan akhir periode.
4.
Unsur-unsur dalam laporan pendapatan
komprehensif yang mana amortisasi aset takberwujud termasuk(di ddalamnya).
5.
Pengakuan atas jumlah tercatat pada awal
dan akhir periode.